Harga Emas bergerak Naik terus berturut-turut secara kontinu. Apa yang terjadi ?
Sebagaimana kita cermati selama
ini, harga Emas setelah beberapa hari bergerak bagai ombak di lautan, Berikut
contoh kasus pada awal bulan Januari 2022 :
- Emas terus diperdagangkan datar secara luas hari ini di area $1820 setelah rilis Angka IHK AS yang lebih panas dari yang diharapkan.
- Dalam reaksi yang tidak intuitif, dolar AS telah melemah dalam perdagangan baru-baru ini, tetapi resistensi teknis menghentikan keuntungan Emas.
- Imbal hasil Treasury AS, DXY tetap tertekan meskipun inflasi AS tinggi 40 tahun, Fedspeak hawkish, ketakutan virus juga menguji pembeli Emas.
- Pidato pembuat kebijakan Fed sebelum Blackout Periods akan sangat penting untuk dorongan baru.
Setelah laporan Inflasi Harga Konsumen (CPI) AS yang jauh lebih panas dari perkiraan, harga Emas spot (XAU/USD) terus diperdagangkan sideways di area $1820 di mana ia diperdagangkan secara luas datar hari Rabu.
US CPI melonjak ke level sesuai dengan perkiraan 7,0% YoY, naik 6,8% dari pembacaan sebelumnya.
Pembeli Emas (XAU/USD) nampak sedang mengambil nafas di sekitar puncak mingguan di dekat $1,825-26 selama awal sesi Asia pada hari berikutnya, Kamis 13 Januari 2022.
Logam
kuning menyegarkan level tertinggi multi-harinya pada hari Rabu setelah imbal hasil Treasury AS dan greenback menandai
penurunan yang mengejutkan meskipun data inflasi tinggi empat dekade,
serta Fedspeak yang hawkish, hal ini tentu
saja mengakibatkan sentimen positif secara kolektif bagi lawan-lawan
Utama USD.
Imbal Hasil Obligasi Pemerintah AS
US Daily Treasury Yield Curve Rates
Imbal hasil obligasi pemerintah AS mundur dari level tertinggi dua tahun setelah tingkat inflasi tahunan untuk Desember mencapai level tertinggi dalam empat dekade. Imbal hasil Treasury AS 10-tahun turun 3,3 basis poin menjadi 1,71% meskipun Biro Statistik Tenaga Kerja AS mengatakan bahwa indeks harga konsumen yang disesuaikan secara musiman naik 0,5% pada Desember, di depan ekspektasi untuk kenaikan 0,4%. Namun, ini di bawah kenaikan 0,8% di bulan November. Tingkat tahun-ke-tahun naik menjadi 7% dari 6,8% di bulan sebelumnya dan tingkat keseluruhan adalah yang tertinggi sejak 1982.
Selain itu, para Analis Pasar Keuangan menjelaskan bahwa tekanan inflasi kemungkinan akan meningkat karena pasar tenaga kerja semakin ketat dan tekanan upah tumbuh. "Puncak inflasi AS belum terjadi, dan The Fed akan bergulat dengan inflasi di kisaran 7,0-8,0% YoY untuk beberapa bulan mendatang."
Setelah rilis data inflasi AS, Presiden Federal Reserve Bank of St. Louis James Bullard mengatakan, per Wall Street Journal (WSJ), “Empat kenaikan suku bunga pada tahun 2022 sekarang tampaknya sudah direncanakan, Dan dalam menghadapi inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga pada bulan Maret tampaknya mungkin terjadi.” Di baris yang sama adalah komentar dari anggota Dewan Gubernur Fed dan sekaligus Wakil Ketua FOMC Lael Brainard yang akan datang, yang mengatakan : “Pengendalian inflasi adalah tugas Fed yang paling penting." Lebih lanjut, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Brian Deese menyebutkan bahwa : "Masalah rantai pasokan lebih buruk dari yang diharapkan, menunjukkan tekanan inflasi lebih lanjut."
Baca juga :
Baca juga :
Dari ruang data Perekonomian AS yang muncul setelah Laporan Pekerjaan pada Jumat, Minggu yang lalu menunjukkan tingkat pengangguran turun di bawah 4,0%, sangat mendukung kebijakan pengetatan moneter the Fed tahun ini [baca : Fed Monetary Policy] , bahkan jika banyak tekanan baru-baru ini datang dari harga mobil bekas.
Namun, saham-saham di Wall
Street tetap hijau, didukung juga oleh fakta bahwa Ketua Fed Powell tidak menyebutkan prospek
kenaikan suku bunga Maret dalam sidang konfirmasinya di depan Senat
AS. Sementara itu, para Pembicara Fed memasuki fase 'blackout
periods' di akhir pekan ini [baca : Blackout periods for 2022 are detailed here], tetapi mereka telah menyetujui kenaikan suku
bunga segera setelah Maret.
Blackout Periods FOMC Staf Federal Reserve, termasuk di Chicago Fed, umumnya tidak berbicara secara terbuka antara seminggu sebelum hari Sabtu sebelum pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dan hari Kamis setelah pertemuan itu. Waktu ini disebut sebagai Blackout Periods FOMC.
Tapi pelaku pasar tampaknya
mengambil pandangan bahwa Fed terlalu hawkish dan posisi dalam dolar
AS dalam beberapa minggu terakhir sudah terlalu bullish. Dalam
reaksi yang agak tidak intuitif terhadap IHK utama bulan Desember
2021 dan kenaikan IHK Inti di atas ekspektasi
mengakibatkan dolar AS berada di bawah tekanan.
Sebagai referensi, DXY baru-baru
ini jatuh di bawah 95,50 hingga mencapai level terendah sejak
pertengahan November 2021. Kasus USD ini tidak terbantu oleh
fakta bahwa, setelah rilis data Perekonomian AS terakhir, imbal hasil TIPS 10-tahun bergerak sideways di
area -0,85%, setelah turun kembali sekitar 10bps sejak Ketua Fed Jerome Powell tidak mengeluarkan
pernyataan hawkish seperti komentar-komentarnya
selama ini.
Kombinasi melemahnya Dolar AS dan Imbal Hasil Riil yang juga turut melemah, biasanya akan mengakibatkan sentimen positif untuk harga Emas Spot.
Namun, secara teknis resistensi
dalam bentuk tren turun dari tertinggi pada 2 dan 5 Januari tampaknya telah
menghambat XAU/USD untuk mendorong lebih tinggi. Mungkin
jika dolar AS dan US Real Yields terus melemah ( kemunduran
US Real Yields pada hari Selasa dari tertinggi baru-baru ini ), maka Emas spot
dapat menguji penembusan bullish menuju harga tertinggi
minggu lalu di area $1830.
Baca juga :
Singkatnya, harga Emas kemungkinan
mengkonsolidasikan kerugian November di tengah imbal hasil yang
lebih lemah dan dolar AS. Namun, fundamentalnya menentang
kenaikan dan karenanya katalis yang masuk harus diberi perhatian lebih tinggi
sambil mengharapkan mundurnya. Di antaranya, US Weekly Initial Jobless Claims dan Fedspeak dapat
mengarahkan pergerakan intraday sementara Penjualan Ritel AS hari Jumat besok, 14
Januari 2022, juga penting.
Kesimpulan
Volatilitas pergerakan harga sebuah Aset Keuangan yang sangat tinggi sangat disukai oleh beberapa spekulan dan para Trader yang mendasarkan transaksinya pada Berita Panas di Pasar. Dilain pihak, hal tersebut tentu tidak disukai oleh beberapa Trader yang memilih jalur konservatif, terlebih bagi Trader yang bermodal kecil.
Level harga yang
terbentuk pada sebuah Aset Keuangan sebenarnya adalah sebuah data histori dalam
sebuah life-cycle perjalanan panjangnya selama ini. Pergerakan
Naik/turun sangat tergantung pada Risk-On/Risk-Off Mood [silahkan
amati : Risk-On
vs Risk-off Mood Indicators] yang berkembang di Pasar, pada saat
suatu level harga terbentuk. Dimana hal itu sangat dipengaruhi oleh
berita-berita Ekonomi, Moneter, Politik.
Berita-berita
tersebut akan mempengaruhi sentimen pasar, sehingga akan membuat harga sebuah
Aset Keuangan bergerak naik/turun, bahkan sampai membuat atau mencari Level 'Harga
Keseimbangan Pasar Baru'. Sebenarnya ini adalah bagian dari "the
Art of Trading". Coba bayangkan betapa membosankan jika harga
stagnant.
Perlu diingat bahwa banyak ahli strategi Pasar Keuangan menganalisa bahwa dalam jangka menengah hingga jangka panjang ketika Fed memperketat kebijakan moneter, lintasan untuk dolar AS dan imbal hasil riil AS pada akhirnya akan lebih tinggi. Itu menunjukkan pedagang Emas harus waspada terhadap pembangunan posisi bullish jangka menengah dalam Emas dan sebaliknya harus gesit jika mereka akan berdagang di sisi panjang.
Pada saat artikel ini dibuat, beragam berita fundamental dan kompleksnya Isu-isu Pasar itulah yang membuat harga Emas akhir-akhir ini naik/turun bagai ombak. Dimana harga Emas dengan denominasi USD : XAU/USD pada akhirnya akan mempengaruhi harga pada Pasar-pasar Emas lainnya, seperti : Pasar Emas Batangan dan Pasar perhiasan Emas Global.