Dalam
PhD tesisnya, Ruth Sanz Barrio, seorang insinyur pertanian wanita dari
Public University of Navare (NUP) sekaligus peneliti dari Institusi
Bioteknologi (CSIC) di Spanyol, telah menunjukkan untuk pertama kalinya,
manfaat spesifik tanaman tembakau untuk penggunaan biofuel (bahan bakar
dari tanaman) sebagai hasil dari bioteknologi.
Protein
dalam tembakau sendiri (dikenal sebagai thioredoxin/TRX) yang digunakan sebagai
alat bioteknologi. “Kami yakin bahwa tanaman hasil rekayasa genetik bisa
menjadi alternatif yang baik untuk tanaman pangan dalam memproduksi biofuel,
dan dapat menjadi jalan keluar bagi daerah penghasil tembakau di negara kita,
yang masa depannya dalam bahaya karena keputusan penghentian produksi tanaman
ini terkait dengan larangan merokok yang diterapkan di negara-negara Eropa,”
kata Ruth Sanz.
TRX
sebelumnya dalam tubuh makhluk hidup (termasuk manusia) telah diketahui
berfungsi untuk mengatur dalam organisme hidup, namun dalam tesis mereka,
dibuktikan bahwa TRX juga dapat membantu protein lain untuk melipat dan
membentuk diri mereka sendiri sehingga menjadi lebih fungsional.
Prosesnya
Seperti Albumin
Albumin
adalah protein intravena yang digunakan di dunia untuk tujuan terapeutik. Hal
ini digunakan untuk menstabilkan volume darah dan mencegah risiko infark, dan
penerapannya dalam ruang operasi hampir dilakukan setiap hari. Hal ini juga
digunakan pada luka bakar, operasi bedah, pendarahan, atau ketika pasien
kekurangan gizi atau dehidrasi, dan dalam kasus infeksi kronis dan penyakit
ginjal atau hati.
“Dengan
mencoba memodifikasi gen pengkodean TRX jenis f dan m, kami ingin meningkatkan
jumlah protein rekombinan (dalam hal ini seperti albumin). Hasilnya dengan
melipatgandakan TRX, kami juga berhasil meningkatkan jumlah kelarutan.”
“Proses inilah yang membantu ekstraksi tembakau sekaligus menurunkan biaya yang digunakan dalam proses ini. Dengan begitu kami telah menemukan cara yang lebih mudah, murah untuk memproduksi tanaman tembakau beserta ekstraksinya”
Tembakau
untuk Bioetanol
Saat
penelitian tersebut berlangsung, TRX f dalam percobaan in vivo untuk pertama
kalinya menunjukkan hasil yang lebih efisien daripada TRX m dalam pengaturan
metabolisme karbohidrat yang terdapat dalam pati dari daun tembakau.
TRX f
menghasilkan peningkatan signifikan jumlah pati dari daun, yang bisa mencapai
700% dibanding dengan jumlah yang dihasilkan TRX m.
Ruth Sanz menjelaskan bahwa ini baru diketahui sekarang, karena sebelumnya kedua TRX dianggap bereaksi dengan cara yang sama.
Artikel terkait : Rahasia Tembakau untuk Terapi Penyakit
Setelah
fungsi pengatur TRX f dalam sintesis pati telah terbukti, peneliti memfokuskan
pada kemungkinan penerapannya dalam tanaman energi untuk menghasilkan
bioetanol. “Kami melihat bahwa daun tanaman tembakau hasil rekayasa genetika
tersebut bisa menghasilkan 500% lebih karbohidrat atau gula hasil fermentasi.”
ungkap Ruth Sanz.
Kemudian
karbohidrat hasil fermentasi tersebut bisa diubah menjadi bioetanol. Orang bisa
memperoleh hingga 40 liter bioetanol per satu ton daun tembakau segar,
berdasarkan perhitungan teoritis dari Pusat Nasional Energi Terbarukan di AS,
tempat di mana uji enzimatik dilakukan.
Tembakau
bisa menjadi sumber biomassa alternatif di daerah seperti Extremadura dan
Andalusia, Amerika Serikat yang merupakan daerah produsen tembakau tradisional.
“Seperti gandum yang saat ini sedang digunakan sebagai bahan baku untuk
memproduksi bioetanol, tembakau juga bisa menjadi alternatif sumber biofuel
terbarukan dan untuk mendapatkan energi yang bersih.” (sciencedaily.com)